Kamis, 18 September 2008

Agama dan penganutnya

Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang kawan. Apa fungsi dan manfaat dari adanya Agama bagi manusia. Kurang lebih jawaban dia seperti ini : Agama adalah alat untuk mengenali Tuhan, Agama itu kan buat mengatur kehidupan kita, biar ada koridor yang tepat untuk mengawal manusia dalam menjalani hidup. Lalu saya tanya lagi : Ah, masak iya. Kalau sekarang ini kok saya ngelihatnya agama tidak lagi jadi panutan, atau justru agama jadi alasan, untuk manusia melakukan hal-hal yang tidak manusiawi. Jawab dia : itu kan berarti tergantung orangnya.

Pertanyaan saya kemudian, lalu dimana peran agama jika tidak bisa menjaga penganutnya agar tidak melakukan tindakan mengkhianati kemanusiaan? Kalau apologi nya : ’semua kan tergantung orang nya masing-masing’ bagaimana dengan ajaran agama nya? lalu mengapa dia beragama? agama yang seperti apa yang di anutnya?

Terkadang ketika berjalan di kerumunan orang saya bertanya dalam hati, apa kah semua orang disini beragama? Kalau jawaban harfiah nya sih : IYA. Indonesia kan tidak mengijinkan agnostik apalagi atheis ada. Padahal berapa juta masyarakat Indonesia ini ‘beragama’ hanya karena tradisi dan keturunan saja? Bahkan saya yakin tidak semua dari kita tau pasti apa saja isi dari agama yang kita anut, bahkan mungkin banyak yang tidak ada keinginan untuk bertanya dan mencari tau. Jadi, saya heran, kalau negara yang mempunyai peran besar dalam pembentukan agama bagi penduduknya tidak bisa meng-kontrol aktivitas penganut agama -dalam hal tertentu menjadi anarkis alias tidak berperi kemanusiaan- di wilayah kekuasaannya, lalu apa fungsi negara sebagai pelindung umat beragama? mbok mending ga usah ikut campur, biarin aja orang beragama atau tidak, wong yang tidak beragama saja justru lebih manusiawi dari yang beragama.

Ah urusan pemerintah biarin aja lah. Kembali ke individu. Sudahkah anda tau dan mempraktekkan ajaran agama anda? Misalnya gini, setau saya, dalam ajaran agama katolik ada sebuah perkataan (saya lupa dari mana datangnya) bahwa ” kasih itu sabar, kasih itu tidak cemburu”, tetapi yang saya lihat justru ada orang katolik yang tidak mencerminkan kata-kata baik tersebut, ada yang memaksakan perasaan kasih, bahkan ada pula yang memusuhi orang yang tidak menerima kasih nya. Atau semisal dalam islam perkataan Muhammad : Tak seorangpun dari kamu beriman sampai kamu mencintai sesamamu seperti kamu mencintai diri kamu sendiri, tetapi malah ada muslim yang saling melukai. Atau iman kristiani yang sangat menghargai kepercayaan orang lain tetapi tetap merasa bahwa ajarannya lah yang paling benar, sedangkan Yesus saja tidak memaksakan ke semua orang untuk percaya pada-Nya. So, apakah agama hanya ada dalam KTP? Itu baru hal kecil lho, belum ke ranah umum. See around, and we’ll see.

Beberapa diantara pemeluk agama terlalu fanatik dan mengamalkannya sesuai perspeksi masing², padahal yang diamalkan adalah kekerasan. Lalu seperti apa agama yang menjadi pilihan anda? Sudahkah anda benar-benar mengenalinya? Untuk apa kita beragama?