Mbak Nina:
kadang mengangkot membuat kita berpikir
Hari pertama berangkat kerja saya memilih bus Damri baru ber-AC. Suasananya menyenangkan, lebih luas,non-smoking area. Saya merasa seperti berada di sebuah tabung tertutup yang steril. Di luar sana, jalan raya krapyak, sedang beradu asap-asap knalpot dari truk-truk gandeng besar dengan kendaraan-kendaraan yang lebih kecil. Selain itu orang-orang di pinggir jalan, di halte, di warung, tak henti-henti nya membakar tembakau. Saya merasa aman. Duduk di seberang saya seorang ibu dengan anak nya yang berusia 8 tahun. Sedangkan di belakang saya seorang bapak sepuh. Kami mungkin adalah penduduk yang merindukan kebersihan lingkungan, mencari alternative aman dalam bepergian. Tapi keadaan itu hanya berlangsung beberapa menit saja, sampai di tujuan kami harus keluar tabung tersebut untuk kembali 'terjun' ke alam yang tidak bersahabat. Ibu bumi yang sakit.
Semalam abang mengajak saya jalan kaki. Awalnya saya bilang 'aduh, kenapa ga naik motor saja? nanti capek!'. Tapi seperti biasa abang yang tidak bisa di bantah, dia tetap menjemput saya dengan jalan kaki. Lalu kami bergandeng tangan, bercerita dan bergurau tentang masa lalu. Kondisi yang jarang bisa terjadi kalau berboncengan dengan naik motor. Menghemat bensin, dan untuk sebentar absen mengotori udara. Banyak orang selalu merasa kasihan kalau melihat orang berjalan kaki, tapi sesungguhnya tau kah mereka bahwa dengan berjalan kaki sebenarnya kita mendapat dan memberi banyak hal dari dan kepada Ibu Bumi.
Dibanding dengan berjalan kaki,mengangkot memang bukan pilihan yang baik, tapi dengan mengangkot kita hanya menggunakan bahan bakar yang lebih sedikit di banding bila kita naik kendaraan pribadi bersamaan. Dengan mengangkot kita punya banyak waktu pula untuk memperhatikan keadaan sekitar, khususnya makhluk sosial yang se-angkot dengan kita, dan umumnya adalah keadaan di luar angkot yang jarang bisa kita amati kalau naik kendaraan pribadi.
Kalau saja semua orang di angkot/di bus memikirkan keadaan di luar kaca jendela kendaraan sehingga sama-sama merindukan sebuah lingkungan bersih yang nyaman untuk dihidupi maka tidak mustahil kalau bisa bergerak menciptakan sebuah dunia baru. Misalnya, back to nature, menggunakan andong atau gerobak yang ramah lingkungan untuk bepergian. Sounds funny. It's a ridiculous idea, right? Haha, but who knows? Kalau menjadi modern tidak membuat kelangsungan kehidupan kita baik, apa yang salah dengan cara tradidional, kalau itu alternative yang 'menyelamatkan'.
"kadang mengangkot membuat kita berpikir"
Banyak orang mengangkot, kenapa sedikit sekali yang berpikir?